Tuesday 7 February 2017

[2]

Aku berjalan menuju ruangan Papa melewati lorong Rumah Sakit.
“sepertinya ini” gumamku dalam hati sambil membuka ponselku untuk melihat kamar no berapa Papa dirawat.
Aku memasuki ruangan dengan air mata yang hampir tumpah. Aku merindukanmu mererka.
“Assalamu’alaikum” aku memasuki kamar Papa di rawat. Aku langsung bersalaman dengan Mama dan tersenyum kepada Papa yang sedang terbaring. Lalu aku menghampiri Papa
“Papa sakit, Nak” dengan suara lemah hampir tak terdengar dan mata yang berkaca-kaca Papa berkata padaku. Sakit, sangat sakit hati ini mendengar suara itu.
“Aku mencium tangan Papa, dan mengusap tangannya” aku tidak bisa berkata apa-apa mendengar ucapan beliau.
Air mata itu hampir tumpah, namun aku harus tetap terlihat kuat didepan Papa agar Papa jauh lebih kuat dariku.
“Gapapa, Pa. Nanti sembuh” dengan suara yang hampir tak terdengar aku membalas ucapan Papa sambil mengusap bahunya.
Aku duduk di kursi yang berada disamping tempat tidur Papa.
“Papa udah makan ma” tanyaku pada mama
“udah tadi itu barusan, tapi gak abis”
“kenapa gak abis?”
“iya emang selalu gitu susah makannya”
............
Aku berjalan melusuri lorong rumah sakit menuju kamar Papa selesai shalat maghrib di Masjid rumah sakit. Aku memasuki kamar Papa dirawat dan duduk di kursi disamping tempat tidur Papa.
“Coba telpon adek mah, tahun baru diajak kakak kemana” ucapku pada mama
“yaudah coba aja telpon”
Aku mencari ponselku dan mengirim pesan kepada kak Andi yang ada dirumah, kak Andi adalah kakakku yang paling tua, dan sudah menikah.
Tiba-tiba ponsel Papa berbunyi. Aku langsung mencari ponsel Papa dan tertulis di layar ponsel itu “Andi”
 “hallo, Assalamu’alaikum” ucapku membuka pembicaraan dengan adikku melalui ponsel
“hallo, Waalaikumsakam. Udah nyampe di tempat Papa?”
“iya udah, tadi sore”
“sama siapa disana?”
“sama Mama, sama Papa”
 “kok cuman berdua Kak Novan mana?”
“lagi ditempat temennya, Riko mana?”
“ini ada”
“coba mau ngomong sama Riko”
“hallo, Assalamu’alaikum dek”
“hallo Kak. Waalaikumsalam”
“kamu lagi ngpain?”
“lagi nonton TV, kakak kapan kerumah?”
“iya nanti nunggu papa sembuh”
“mau ngomong sama papa gak?”
“iya mau”
Aku memberikan ponsel Papa kepadanya.
Sedih mendengar suara Beliau yang begitu lemah, tidak seperti Papa yang aku kenal dulu. Suaranya yang kuat, lantang dan tegas.
“Papa lagi ngpain? Udah makan belum?”
“lagi nonton tv, udah tadi”
“Riko udah makan belum?”
“udah Pa, Papa kapan pulang? Riko kangen”
Air mata itu pun tak dapat lagi tertahankan.
“iya doain papa cepet sembuh”
“iya pa”
Setelah selesai berbicara denga Riko melalui ponsel, aku mengambil ponsel Papa untuk di simpan kembali. Aku memencet tombol kuncinya.
Aku tidak tahan lagi, aku tidak dapat menahan air mata itu lagi. Seketika air mataku pun menetes melihat wallpaper yang berada di ponsel itu. Aku memalingkan mukaku dari pandangan Mama dan Papa, agar mereka tak melihatku menangis.
Dari keempat anaknya, photoku yang menjadi wallpaper ponsel papa.
“Ternyata begitu rindunya dirimu kepadaku Pah, selalu menelponku semenjak Papa sakit”
Aku berkata dalam hati untuk diriku sendiri
................


0 comments:

Post a Comment

 

Sunshine For You 🌻 Template by Ipietoon Cute Blog Design