Tuesday 14 February 2017

Maaf untuk suriah aleppo [1]

google.com
Aku melihatmu menangis
Aku ingin mengusap air matamu
Namun aku tak bisa
Padahal aku punya sepasang tangan yang bisa melakukan lebih dari itu
Sepasang tangan yang biasa memegang, mungkin lebih sering ku gunakan untuk memegang handphone lalu tertawa, lalu lupa bersyukur dan membuang waktu demi hal tak penting
 
google.com
Aku melihatmu dalam keadaan was-was
Aku ingin memelukmu
Namun aku tak bisa
Padahal aku punya kebahagian yang mungkin jauh lebih baik darimu
Kebahagia karena tidak harus selalu waspada terhadap lawan yang tiba-tiba menyerang, kebahagian yang kadang membuatku lupa bahwa Allah masih mencintaiku
 
google.com
Aku melihatmu berlari bersembunyi
Aku ingin menemanimu
Namun aku tak bisa
Padahal aku punya sepasang kaki yang mungkin dengan santainya berjalan penuh kesombongan, aku masih bisa berjalan menuju sekolah, ketempat kerja, lalu lupa bersyukur bahwa nikmat Allah begitu luar biasa
 
google.com
Aku melihatmu kelaparan
Seharusnya aku berbagi denganmu
Tapi mungkin aku lupa
Lupa jika nikmat Allah selalu ku rasakan, aku bisa makan dengan nyaman, berbagai macam bahkan terkadang lupa untuk ku habiskan lalu terbuang
 
google.com
Maafkan aku adik kecilku
Maafkan aku karena tak dapat berbuat banyak untukmu
Maafkan aku karena lupa tentangmu


Kalian adalah Mujahid Kecil yang perkasa, Dik!
Ayo, Sahabat Syria! Bantu share #sssyria2017 Dan DONASI SEKARANG di www.kitabisa.com/sssyria2017

Atau klik saja link di profile instagram @ryanadammaulana atau @islam_cahayaku --> tunggu --> lalu akan muncul halaman --> klik DONASI SEKARANG --> Isi data diri & bank tujuan transfer).


"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi oranglain"
Jika tidak ada ilmumu, maka dengan  hartamu
Jika tidak ada hartamu, maka dengan tenagamu
Jika tidak ada tenagamu, maka dengan do’amu (sikap yang baik)

Jika tidak ada do’amu, semoga Allah mengampunimu

Tuesday 7 February 2017

[2]

Aku berjalan menuju ruangan Papa melewati lorong Rumah Sakit.
“sepertinya ini” gumamku dalam hati sambil membuka ponselku untuk melihat kamar no berapa Papa dirawat.
Aku memasuki ruangan dengan air mata yang hampir tumpah. Aku merindukanmu mererka.
“Assalamu’alaikum” aku memasuki kamar Papa di rawat. Aku langsung bersalaman dengan Mama dan tersenyum kepada Papa yang sedang terbaring. Lalu aku menghampiri Papa
“Papa sakit, Nak” dengan suara lemah hampir tak terdengar dan mata yang berkaca-kaca Papa berkata padaku. Sakit, sangat sakit hati ini mendengar suara itu.
“Aku mencium tangan Papa, dan mengusap tangannya” aku tidak bisa berkata apa-apa mendengar ucapan beliau.
Air mata itu hampir tumpah, namun aku harus tetap terlihat kuat didepan Papa agar Papa jauh lebih kuat dariku.
“Gapapa, Pa. Nanti sembuh” dengan suara yang hampir tak terdengar aku membalas ucapan Papa sambil mengusap bahunya.
Aku duduk di kursi yang berada disamping tempat tidur Papa.
“Papa udah makan ma” tanyaku pada mama
“udah tadi itu barusan, tapi gak abis”
“kenapa gak abis?”
“iya emang selalu gitu susah makannya”
............
Aku berjalan melusuri lorong rumah sakit menuju kamar Papa selesai shalat maghrib di Masjid rumah sakit. Aku memasuki kamar Papa dirawat dan duduk di kursi disamping tempat tidur Papa.
“Coba telpon adek mah, tahun baru diajak kakak kemana” ucapku pada mama
“yaudah coba aja telpon”
Aku mencari ponselku dan mengirim pesan kepada kak Andi yang ada dirumah, kak Andi adalah kakakku yang paling tua, dan sudah menikah.
Tiba-tiba ponsel Papa berbunyi. Aku langsung mencari ponsel Papa dan tertulis di layar ponsel itu “Andi”
 “hallo, Assalamu’alaikum” ucapku membuka pembicaraan dengan adikku melalui ponsel
“hallo, Waalaikumsakam. Udah nyampe di tempat Papa?”
“iya udah, tadi sore”
“sama siapa disana?”
“sama Mama, sama Papa”
 “kok cuman berdua Kak Novan mana?”
“lagi ditempat temennya, Riko mana?”
“ini ada”
“coba mau ngomong sama Riko”
“hallo, Assalamu’alaikum dek”
“hallo Kak. Waalaikumsalam”
“kamu lagi ngpain?”
“lagi nonton TV, kakak kapan kerumah?”
“iya nanti nunggu papa sembuh”
“mau ngomong sama papa gak?”
“iya mau”
Aku memberikan ponsel Papa kepadanya.
Sedih mendengar suara Beliau yang begitu lemah, tidak seperti Papa yang aku kenal dulu. Suaranya yang kuat, lantang dan tegas.
“Papa lagi ngpain? Udah makan belum?”
“lagi nonton tv, udah tadi”
“Riko udah makan belum?”
“udah Pa, Papa kapan pulang? Riko kangen”
Air mata itu pun tak dapat lagi tertahankan.
“iya doain papa cepet sembuh”
“iya pa”
Setelah selesai berbicara denga Riko melalui ponsel, aku mengambil ponsel Papa untuk di simpan kembali. Aku memencet tombol kuncinya.
Aku tidak tahan lagi, aku tidak dapat menahan air mata itu lagi. Seketika air mataku pun menetes melihat wallpaper yang berada di ponsel itu. Aku memalingkan mukaku dari pandangan Mama dan Papa, agar mereka tak melihatku menangis.
Dari keempat anaknya, photoku yang menjadi wallpaper ponsel papa.
“Ternyata begitu rindunya dirimu kepadaku Pah, selalu menelponku semenjak Papa sakit”
Aku berkata dalam hati untuk diriku sendiri
................


Saturday 4 February 2017

“Ketika Allah Memanggil”



Terlihat bayanganku
Aku berjalan dalam keraguan
Beriringan bersama dengan asa
Dengan mimpi yang terlihat suram
Aku terdiam
Dalam hati, seribu tanya bergeming
Aku mencari jawaban dari manapun
Aku terdiam
Ternyata hatiku yang mampu memberikan jawaban
Inilah caraNya
Cara Tuhan memanggilku
Cara Tuhan mengingatkanku
Sakit?
Adalah rasa karena aku tidak memahami
Namun jika aku memahami
Begitu indah, bahagia dan haruku rasakan
Bahkan mungkin memalukan
Tuhan
Begitu cintanya Engkau padaku
Terimakasih
Karena masih mencintaiku
aku yang mungkin tak pantas untuk berdoa padamu
Terimakasih
Karena masih menuntunku
Membuka hatiku
Jika bukan karena Engkau
Mungkin aku yang masih berada diposisi mereka saat ini
Dan kini
Aku paham
Bahwa aku tidak pernah sendiri
Bahwa cinta yang aku dapatkan dariMu
Adalah cinta yang amat begitu luar biasa
Aku tidak pernah merasa sendiri
Aku memilikimu
Dengan cinta yang takkan pernah tertandingi
Dan inilah pilihanku
Aku bahagia memilihMu
Inilah hijrahku
Inilah duniaku saat ini yang akan ku perjuangkan
Hingga hayatku
Hingga kaki ini tak lagi Engkau izinkan tuk melangkah
Maka kaki ini akan terus melangkah
Mengejar ke istiqamahan di jalanMu
Menjaga ke istiqamahan di jalanMu
Dan mengejar Husnul Khatimah dijalanMu.

http://www.majelistausiyahcinta.com/2017/01/28/ketika-allah-memanggil/

Bee 🐝



Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Perkenalkan, ia adalah saudaraku
Aku lupa kapan tepatnya aku mengenalnya
Tapi yang pasti aku ingat saat pertama kali ia memperkenalkan dirinya padaku

Mungkin kurang lebih 2 tahun yang lalu
Sebelum aku berkenalan dengannya secara langsung
Ia memperkenalkan dirinya melalui sebuah pesan singkat
Aku lupa bagaimana tepatnya kalimat perkenalan itu
Panggil saja ia “Bee”
Nama yang lembut yang hatiku rasakan ketika pertama kali aku membaca nama itu terselip di tulisan namanya disalah satu akun sosialnya
Aku penasaran saat itu?
“Bee? Bukan nama aslikan ya setau aku” pertanyaanku pada diriku sendiri, saat aku baru mengenalnya.
Aku lupa apakah aku bertanya kepadanya “kenapa Bee?”
Aku memang ingin mengetahui pada saat itu, namun yang pasti aku tau dalam Agamaku, dalam Islam “Bee” adalah sesuatu yang baik

Rasulullah saw. bersabda,”Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)

Dari situ aku tau, dan mencoba memahami “mungkin ia ingin mengisyaratkan dirinya untuk meniru sifat-sifat baik dan positif seperti lebah”
Kesan diawal memang terkadang tak selalu manis
Itu terjadi dikala itu, diawal-awalku mengenal sosoknya
Perjalanan, peristiwa, cerita dan kisahpun satu persatu menyatukan kami
Aku yang perlahan semakin mencintai “Mereka” dan salah satunya adalah kamu “Bee”

Kamu
Adalah sosok wanita yang tulus yang aku kenal
Aku tidak tau apakah karena posisimu, ataupun yang lainnya
Namun aku percaya dan yakin bahwa kamu memang sosok wanita yang tulus

Kamu
Adalah sosok wanita yang kuat
Aku memang tidak mengenalmu dengan penuh
Seperti mereka yang lebih dulu mengenalmu
Namun dari yang aku kenal selama ini
Kamu adalah sosok yang kuat
Tak percaya?
Lihat bagaimana kamu bisa bangkit dari segala cacian oranglain
Tidak semua orang dapat sepertimu
Bangkit dengan penuh keyakinan, percaya diri dan memaafkan
Allah begitu memuliakanmu

Ingatlah
Allah tidak akan memberikan hambaNya cobaan diatas kemampuan hambaNya
Bukankah kamu sangat paham itu?
Aku yakin kamu lebih kuat
Allah always with you
Kenapa harus mempersalahkan ocehan orang lain?
“Ingat, Allah saja dicela, Nabi saja dicela. Kita yang bukan siapa-siapa, gak dicela, Mustahil”
Maka yakinlah dengan Allah
Yakinilah hatimu
Bahwasanya setiap, dan segala peristiwa yang berjalan bersamamu adalah cara Allah  mendewasakanmu

Kamu tau?
Aku iri padamu
Pada ilmu yang kamu miliki
Pada suaramu ketika kamu melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran
Pada kebesaran dan kelembutan hatimu
Semoga Allah selalu menjaga itu untukmu

Aku percaya
Bukan tanpa perjuangan dan usaha untukmu hingga bisa seperti ini
Dan aku ingin sepertimu
Jangan tinggalkan aku
Temani aku dan ajarkan aku untuk dapat lebih baik

Jujur ketika itu
Aku tau kamu paham apa yang aku maksud
Hatiku menangis, bahkan saat akan menulis ini
Mungkin memang kamu masih berada disekitarku, dekat mungkin
Namun yang aku takut perlahan kita akan menjauh
Kamu ingat? Ketika kita dipersaudarakan oleh sesorang yang kita sayangi karena Allah.
Mungkin pada saat itu aku tidak ada, pada saat beliau mempersaudarakan kita au tidak ada. Aku hanya mendengar dari oranglain.
Namun aku harap kamu mengingat itu.
Disaat aku tau kita dipersaudarakan, hatiku jauh lebih sakit.
Aku buruk di masalalu, dan aku takut kembali seperti aku dimasalalu, namun bersama kalian karena Allah. InsyaAllah kalian akan terus mengingatkanku.
Aku pernah berasa diposisimu, hingga saat ini mungkin.
Hingga kamu memilih jalanmu akan melangkah seperti apa.

Tetaplah menjadi lebih kuat
Seperti lebah yang pekerja keras, bekerja keraslah untuk menjadi lebih kuat dan taat.
Tetaplah menjadi lembut
Seperti lebah yang tidak pernah melukai dan merusak, meskipun kamu dilukai.
Jangan merasa sendiri
Ingat lebah tidak pernah hidup sendiri, dan tidak pernah mau menyendiri, ia selalu dikelilingi dan selalu mencari tempat untuk produktif.
“Ternyata lebah suka bekerja secara jama’i”

Apapun kesedihan, dan bebanmu
Di tempatmu menjadi seorang anak
Di tempatmu menjadi seorang murid
Di tempatmu menjadi seorang saudara
Di tempatmu menjadi seorang sahabat
Allah selalu bersamamu
Allah akan selalu menghadirkan Mentari untukmu dalam kegelapan
Dan aku ingin menjadi salah satu Mentari yang dititipkan Allah untuk menerangimu

Demi cinta
Cinta kepada-Nya
Biarkan kita tetap mengenal dengan cinta
Berjalan, berdampingan saling mengingatkan surga Allah jauh lebih indah

Maka bersabarlah, disetiap nafas dan keringatmu insyaAllah adalah kebaikan untukmu

#remenderforme
#remenderformyself

Friday 3 February 2017

[1]


Aku bergegas mengumpulkan lembar ujianku
Aku kembali ke tempat dudukku mengerjakan ujian akhir semester di semester 3 ini dan membereskan peralatanku.
Tanpa berfikir lain, aku lari menuju pintu keluar ruangan untuk mencari temanku.
Aku menghampiri Bima
“ayo Bim” ucapku ketika berada disebelahnya
“tunggu Ira belum muncul-muncul”
“kemana?”
“coba telpon, tanya dia dimana. Kebiasaan lama”
“yaudah gue telpon”
“yaudah ayo kita ke mobil aja, bilangin kalo lama ditinggal aja”
“sabar Bim, tunggu bentar”
Gue dan Bima pun turun menuju Mobilnya dari lantai 3.
“Ira bilang dia lagi di kosan ngambil baju sama laptop yang mau dibawa”  aku menyampaikan balasan Ira ke Bima
“tuhkan dia tuh kebiasaan udah dibilang abis ujian langsung otw, kenapa gak dibawa langsung tadi mau ujiang. Jadikan gak lama”
Gue cuman diam, bingung mau ngomong apa
“bilangin ditunggu di ojek samping Alf*mid*, kalo lama ditinggal, 5 menit.”
“iya”
Tak lama kemudian Ira datang dengan muka sebalnya dan masuk ke dalam mobil Bima di bagian depan. Gue sengaja minta duduk di belakang supaya bisa tidur :D
“lama banget si Ra, udah dibilang setelah ujian kita otw. Kebiasaan”
“Iya”
Perdebatan diantara keduanya pun belum selesai hingga beberapa menit berlangsung, dan gue cuman bisa diam -,-
...
“patungan bensi yak” Bima mengutarakan perasaannya yang mungkin sudah disiapkannya dari kemarin-kemarin :D
“siap” jawab gue dan Ira
“jadi berapa? sesuai perjanjian kemarinkan?” tanya gue ke Bima sambil menyodorkan uang
“iya, makasih yak”
“oke”
“kita ngisi bensi dulu”
...
“Papa sakit apa?” tanya Bima padaku
“Diabetes Bim, karena udah parah jadi ke hati juga bermasalah”
“oh gitu?”
“iya soalnya kata dokternya kalau diabetes emang biasanya gitu, kalau diabetes salah cara pengobatannya. Diabetes harus mengurangi gula, dan hati membutuhkan gula. Saling bertolak. Kalau sudah terlalu lama dibiarkan hatinya bisa rusak” jelasku singkat pada Bima dari yang aku pahami tentang penyakit Papa.
“iya juga ya. Terus sekarang masih dirawat dimana?”
“masih ditempat kemarin gue bilang bim”
“berarti nanti gue anterin ke sana langsung?
“iya Bim, gapapa kan?”
“gapapa, rumah gue deket situ”
Gue cuman menjawab omongan Bima dengan mengangguk
...
“mampir tempat gue dulu dong Tar” ucap Ira padaku
“kapan-kapan ya Ra, InsyaAllah kalau bisa mampir pas balik”
“tau nih Bim, mampir dulu kek ditempat gue”
“buru-buru Ra, tau kan besok tahun baru?”
“Iya sih yang punya pacar” jawab gue dan Ira berbarengan
...
Satu setengah jam perjalanan dari pelabuhan, dan hampir sampai menuju rumah sakit tempat Papa di rawat.
“kak dimana?” tanya gue pada kakak gue melalui telpon
“di tempat temen, kenapa udah mau nyampe? Cari aja ruangannya nanti gue smsin ruangan Papa dimana, disana ada Mama”
“oke”
Kakak gue udah lebih dulu balik untuk nemenin dan jagain Papa di rumah sakit, setelah di telpon sama Mama kalau keadaan Papa semakin kurang baik.
...
Mobil Bima pun melaju memasuki gerbang rumah sakit Papa dirawat
“gue turunin disini, ntar didepan lo jalan ada pintu masuk. Lo tanya aja sama perawat yang ada ruangannya dimana”
“oke makasih Bim”
“nih tas lo, salam aja buat orangtua lo semoga cepat sembuh, maaf belum bisa mampir” ucap Bima sambil mengeluarkan tas gue dari mobilnya
“makasih banyak Bim”
“oke”
...
Sore menjelang adzan maghrib, gue pun bergegas membawa tas gue untuk melewati jalan yang dijelaskan oleh Bima mencari ruangan Papa.
Perasaan yang tidak mampu gue jelaskan sore itu bahagia karena bertemu dengan kedua orangtua yang sudah satu semester tidak bertemu. Sedih karena pulang dalam keadaan Papa yang sakit. Liburan semester tahun lalu gue pulang Mama yang sakit.
“mba kalau mau keruangan ini dimana ya?” gue bertanya pada salah satu perawat sambil menunjukan teks pesan yang ada di handphone.
“itu mba lurus pintu nomer 2”
“makasih mba”
Gue bergegas menuju ruangan Papa dirawat dengan perasaan yang sulit untuk gue jelaskan.
...........
To be continue J


 

Sunshine For You 🌻 Template by Ipietoon Cute Blog Design