Aku bergegas mengumpulkan lembar ujianku
Aku kembali ke tempat dudukku mengerjakan ujian akhir semester di
semester 3 ini dan membereskan peralatanku.
Tanpa berfikir lain, aku lari menuju pintu keluar ruangan untuk mencari
temanku.
Aku menghampiri Bima
“ayo Bim” ucapku ketika berada disebelahnya
“tunggu Ira belum muncul-muncul”
“kemana?”
“coba telpon, tanya dia dimana. Kebiasaan lama”
“yaudah gue telpon”
“yaudah ayo kita ke mobil aja, bilangin kalo lama ditinggal aja”
“sabar Bim, tunggu bentar”
Gue dan Bima pun turun menuju Mobilnya dari lantai 3.
“Ira bilang dia lagi di kosan ngambil baju sama laptop yang mau
dibawa” aku menyampaikan balasan Ira ke
Bima
“tuhkan dia tuh kebiasaan udah dibilang abis ujian langsung otw, kenapa
gak dibawa langsung tadi mau ujiang. Jadikan gak lama”
Gue cuman diam, bingung mau ngomong apa
“bilangin ditunggu di ojek samping Alf*mid*, kalo lama ditinggal, 5
menit.”
“iya”
Tak lama kemudian Ira datang dengan muka sebalnya dan masuk ke dalam
mobil Bima di bagian depan. Gue sengaja minta duduk di belakang supaya bisa
tidur :D
“lama banget si Ra, udah dibilang setelah ujian kita otw. Kebiasaan”
“Iya”
Perdebatan diantara keduanya pun belum selesai hingga beberapa menit
berlangsung, dan gue cuman bisa diam -,-
...
“patungan bensi yak” Bima mengutarakan perasaannya yang mungkin sudah
disiapkannya dari kemarin-kemarin :D
“siap” jawab gue dan Ira
“jadi berapa? sesuai perjanjian kemarinkan?” tanya gue ke Bima sambil
menyodorkan uang
“iya, makasih yak”
“oke”
“kita ngisi bensi dulu”
...
“Papa sakit apa?” tanya Bima padaku
“Diabetes Bim, karena udah parah jadi ke hati juga bermasalah”
“oh gitu?”
“iya soalnya kata dokternya kalau diabetes emang biasanya gitu, kalau
diabetes salah cara pengobatannya. Diabetes harus mengurangi gula, dan hati
membutuhkan gula. Saling bertolak. Kalau sudah terlalu lama dibiarkan hatinya
bisa rusak” jelasku singkat pada Bima dari yang aku pahami tentang penyakit Papa.
“iya juga ya. Terus sekarang masih dirawat dimana?”
“masih ditempat kemarin gue bilang bim”
“berarti nanti gue anterin ke sana langsung?
“iya Bim, gapapa kan?”
“gapapa, rumah gue deket situ”
Gue cuman menjawab omongan Bima dengan mengangguk
...
“mampir tempat gue dulu dong Tar” ucap Ira padaku
“kapan-kapan ya Ra, InsyaAllah kalau bisa mampir pas balik”
“tau nih Bim, mampir dulu kek ditempat gue”
“buru-buru Ra, tau kan besok tahun baru?”
“Iya sih yang punya pacar” jawab gue dan Ira berbarengan
...
Satu setengah jam perjalanan dari pelabuhan, dan hampir sampai menuju rumah
sakit tempat Papa di rawat.
“kak dimana?” tanya gue pada kakak gue melalui telpon
“di tempat temen, kenapa udah mau nyampe? Cari aja ruangannya nanti gue
smsin ruangan Papa dimana, disana ada Mama”
“oke”
Kakak gue udah lebih dulu balik untuk nemenin dan jagain Papa di rumah
sakit, setelah di telpon sama Mama kalau keadaan Papa semakin kurang baik.
...
Mobil Bima pun melaju memasuki gerbang rumah sakit Papa dirawat
“gue turunin disini, ntar didepan lo jalan ada pintu masuk. Lo tanya aja
sama perawat yang ada ruangannya dimana”
“oke makasih Bim”
“nih tas lo, salam aja buat orangtua lo semoga cepat sembuh, maaf belum
bisa mampir” ucap Bima sambil mengeluarkan tas gue dari mobilnya
“makasih banyak Bim”
“oke”
...
Sore menjelang adzan maghrib, gue pun bergegas membawa tas gue untuk melewati
jalan yang dijelaskan oleh Bima mencari ruangan Papa.
Perasaan yang tidak mampu gue jelaskan sore itu bahagia karena bertemu
dengan kedua orangtua yang sudah satu semester tidak bertemu. Sedih karena
pulang dalam keadaan Papa yang sakit. Liburan semester tahun lalu gue pulang
Mama yang sakit.
“mba kalau mau keruangan ini dimana ya?” gue bertanya pada salah satu
perawat sambil menunjukan teks pesan yang ada di handphone.
“itu mba lurus pintu nomer 2”
“makasih mba”
Gue bergegas menuju ruangan Papa dirawat dengan perasaan yang sulit untuk
gue jelaskan.
...........
To be continue J
0 comments:
Post a Comment